CATATAN SEORANG PENONTON YANG KINI DIMINTA BICARA
(Sebuah kisah masa pencaharian diri semasa kuliah di Malang) Ada masa dalam hidup ketika aku lebih sering diam. Bukan karena tak punya suara, tapi karena merasa—ya, buat apa juga bicara kalau toh tak ada yang dengar? Di kampus, aku sering jadi penonton. Duduk di barisan belakang, memperhatikan teman-teman yang tampak begitu yakin dengan arah hidup mereka. Ada yang sibuk memimpin organisasi, ada yang tampil percaya diri di depan kelas, ada pula yang entah kenapa selalu tahu harus ngomong apa saat dosen nanya. Sementara aku? Sibuk sendiri dengan labirin pikiran yang penuh tanda tanya: Aku ini siapa? Mau jadi apa? Dan kenapa hidup rasanya seperti nonton film orang lain tanpa tahu kapan giliranku main di layar? Malang waktu itu dingin. Tapi bukan udara yang menusuk, melainkan rasa sepi di antara keramaian. Aku kuliah di kota yang katanya penuh inspirasi dan cinta, tapi yang aku temukan justru pencarian panjang—bukan soal nilai, tapi soal makna. Dari Energi Pasif ke En...