Postingan

Menampilkan postingan dari Desember 29, 2025

NEW NUCKY 2026 The Winner Takes It All

Gambar
SUASANA TERBAIK, SILAHKAN KLIK LINK VIDEO BERIKUT : Tahun 2025. Kalau hidup ini buku, maka tahun ini adalah bab yang paling tebal, paling berat dibuka, tapi juga paling jujur mengajarkanku tentang arti menjadi manusia. Aku menyebutnya tahun pembelajaran yang luar biasa. Bahkan tanpa ragu, ini tahun tersulit dalam hidupku. Namun anehnya—dan ini baru kusadari belakangan—justru di tahun inilah aku menemukan versi terbaik dari diriku. Bukan versi yang kaya, bukan versi yang disanjung, bukan versi yang duduk di kursi kelas satu sambil menyeruput kopi mahal. Tapi versi manusia yang benar-benar manusia. Aku pernah ada di atas. Pernah dikenal. Pernah menikmati fasilitas yang membuat orang lain berkata, “Wah, hidupmu enak ya.” Iya, enak. Tapi rupanya hidup tidak pernah menjanjikan keabadian untuk kenyamanan. Bisnis dan ekonomi yang kubangun dengan keringat dan mimpi, hancur lebur tak bersisa. Seperti istana pasir disapu ombak. Keluargaku pun retak—bukan karena benci, tapi karena miskomunikas...

77 - WHAT IF — KETIKA TUBUH TUMBANG, JIWA BELAJAR BERDIRI

Gambar
  Stroke itu bukan sakit yang datang sambil bilang, “Permisi ya, numpang lewat bentar.” Enggak. Dia datang kayak tamu tak diundang, nyelonong masuk, mindahin perabot hidup, lalu ninggalin aku dalam kondisi setengah sadar sambil mikir, “Lah… ini rumah siapa sekarang?” Kalau flu itu kayak teman lama yang numpang nginep—dikasih obat, disuruh istirahat, tiga hari cabut—stroke itu beda kelas. Ini penyakit kompleks, paket komplit, all in one. Medis iya, mental iya, psikologis iya, gaya hidup juga ikut diobrak-abrik. Pokoknya stroke itu bukan cuma nyerang badan, tapi juga harga diri, kesabaran, dan iman—sekalian. Yang paling berat justru bukan rasa sakit fisiknya. Tapi saat aku pengin ngomong sesuatu, otakku sudah nyusun kalimat rapi, hatiku sudah penuh makna, eh… mulutku malah ngeluarin versi demo yang error. Kadang yang keluar bukan maksudku. Kadang nadanya salah. Kadang malah bikin orang bingung. Dan di situ aku frustasi. Dalam hati teriak, tapi yang keluar cuma ekspresi setengah pu...

76 - BADAI YANG DATANG TANPA PERMISI, DAN HATI YANG BELAJAR BERPEGANGAN

Gambar
  Badai itu memang datang tanpa permisi. Nggak pakai salam. Nggak minta izin. Nggak nanya, “Mas, lagi siap nggak?” Tahu-tahu… BRAK! Hidupku jungkir balik. 18 Desember 2024. Tanggal yang sekarang tertanam di kepalaku, lebih kuat dari tanggal gajian. Malam itu sebenarnya malam biasa. Aku masih duduk di depan laptop, ditemani kopi yang entah sudah dingin atau aku yang sudah terlalu kebas buat peduli. Laporan belum kelar, chat masih masuk, pikiran loncat ke mana-mana. Jam di pojok layar sudah hampir nunjuk angka sepuluh malam. “Bentar rebahan ah,” kataku ke diri sendiri. Bentar doang. Sumpah. Ternyata kebablasan… tidur pules. Sekitar jam dua dini hari, mataku terbuka. Biasanya jam segitu aku memang sering bangun buat tahajud. Tapi kali ini rasanya beda. Aneh. Sunyi. Berat. Aku sadar. Seratus persen sadar. Tapi tubuhku… nggak nurut. Aku coba gerakin tangan. Nggak bisa. Kaki? Jangan harap. Mau bangun? Kayak disemen dari ujung kepala sampai tumit. “Lah… ini kenapa?” Dalam...

75 - MEMULAI HIDUP BARU - DARI NOL DARI ALLAH

Gambar
  Aku benar-benar memulai lagi dari nol ketika kembali ke Bali. Nol yang bukan cuma soal isi dompet, tapi juga isi kepala dan hati. Hidupku seperti HP jadul yang terlalu banyak error, lalu akhirnya aku pencet tombol factory reset . Bedanya, ini bukan HP—ini hidup. Dan tidak ada tombol undo . Hari-hari awal itu rasanya aneh. Bangun pagi, duduk di teras, menatap langit Bali yang masih biru seperti dulu, tapi hatiku belum tentu sebiru itu. Kadang aku bertanya sendiri, “Sekarang aku ini siapa, ya?” Bukan pejabat, bukan siapa-siapa, cuma anak yang pulang ke rumah orang tua dengan koper berisi pakaian dan kepala berisi pertanyaan. Papa dan Mama tak banyak bertanya. Mungkin mereka tahu, ada luka yang belum siap diceritakan. Aku menemani mereka, mengantar ke sana-sini, membantu hal kecil. Dari luar kelihatan tenang, tapi di dalam, aku masih bongkar-pasang diriku sendiri. Sampai akhirnya Allah mulai menyibukkan aku—dengan cara-Nya yang khas. Semuanya bermula dari satu ajakan sederh...

73 - PULANG UNTUK BELAJAR HIDUP LAGI

Gambar
  Hidup itu aneh. Kadang dia mendorong kita lari sekencang-kencangnya mengejar mimpi, kadang dia menampar kita pelan—lalu menampar lagi—sampai kita sadar, yang paling kita butuhkan bukan tujuan jauh, tapi tempat untuk pulang. Pagi-pagi di Malang setelah semua badai itu, rumah terasa seperti ruang tunggu yang terlalu lama. Sunyi, dingin, dan setiap sudutnya seperti punya mata—mengawasi, mengingatkan. Aku duduk di sofa dengan secangkir kopi yang sudah keburu dingin. Bukan karena lupa diminum, tapi karena pikiranku melayang ke mana-mana. Kopi pahit itu jadi saksi bisu betapa hidupku sedang pahit-pahitnya. Bedanya, kopi bisa kutambah gula. Hidup? Nggak semudah itu, Bro. Papa dan Mama masih di Bali. Setiap pagi mereka berjalan ke makam Dimas. Ritual kecil yang menyayat, tapi entah kenapa juga menguatkan. Aku bisa membayangkan Papa melangkah pelan, tangan di belakang, pura-pura kuat. Mama pasti lebih jujur—air mata duluan yang jalan. Dan aku? Aku di sini, di Malang, berusaha keliha...

72 - KEPEDIHAN ITU DATANG LAGI, DAN AKU BELAJAR BERDIRI

Gambar
  Siang itu sebenarnya siang yang biasa saja. Terlalu biasa, malah. Pekerjaan numpuk, kepala panas, kopi sudah dingin tapi tetap diminum karena sayang. Di layar laptop, angka-angka masih berlarian seperti anak TK yang habis dikasih permen. Aku baru saja menarik napas lega setelah presentasi seleksi Direksi BUMD Kota Malang. Badan capek, tapi hati lumayan puas. Lalu HP-ku berdering. Nama “Mama” muncul di layar. Entah kenapa, jantungku langsung deg-degan. Bukan firasat sok puitis, tapi lebih ke refleks hidup—kalau Mama nelpon di jam kerja begini, biasanya bukan buat nanya, “Sudah makan belum?” “Halo, Ma…” Suara Mama di seberang terdengar berat. Bukan suara Mama yang biasanya ceria meski sambil masak. “Nuck… adikmu, Dimas, lagi sakit di Jakarta.” Dada ini langsung kayak dipukul palu godam. Bukan satu kali. Berkali-kali. Mama cerita panjang, tentang Dimas yang sejak ke Surabaya buat persiapan opening gerai BCC sering ngeluh perut dan lambungnya sakit. Aku langsung nelpo...