Postingan

Menampilkan postingan dari November 12, 2025

KETIKA JEMPOL JADI HAKIM: CERITA TENTANG CANCEL CULTURE DAN KEMANUSIAAN DI ERA DIGITAL

Gambar
   UNTUK MENDAPAT SUASANA TERBAIK, SILAHKAN KLIK LINK VIDEO BERIKUT : Malam itu, angin Bali berhembus lembut lewat jendela ruang tamu. Di luar, suara jangkrik seperti sedang berdiskusi dengan semilir pohon kamboja di halaman. Aku baru saja menyalakan lampu meja ketika telepon dari Surabaya masuk — suara Namira, anakku, terdengar riang di seberang sana. “Yah, aku lagi ngerjain bab tiga nih, tapi kepikiran buat diskusi sama Ayah. Pernah dengar cancel culture nggak?” tanyanya dengan nada penasaran. Aku sempat diam sebentar, mencoba menebak-nebak. “Cancel culture? Hmm… itu kayak kalau Ayah mau pesan sate kambing tapi tiba-tiba batal karena ingat kolesterol?” tanyaku polos. Namira langsung tertawa lepas. “Bukan, Yah! Ini bukan soal sate atau kolesterol. Ini tentang dunia digital.” Obrolan itu berlanjut hampir satu jam. Tapi jujur saja… setelah ditutup, aku tetap gagal paham. Aku bengong, menatap ponsel yang mulai redup. “Cancel culture… jempol jadi hakim?” gumamku. Lalu ak...

MENGAPA MUSLIM HARUS MENGAJI?

Gambar
   UNTUK MENDAPAT SUASANA TERBAIK, SILAHKAN KLIK LINK VIDEO BERIKUT : (Sebuah Renungan tentang Bahasa, Jiwa, dan Makna) Kadang kita lupa, bahwa mengaji bukan cuma soal ritual. Bukan sekadar duduk bersila di atas sajadah, membuka mushaf, lalu melantunkan ayat-ayat dengan suara lirih di antara dengung kipas angin masjid yang berdecit lembut. Tidak. Mengaji, kalau kita mau jujur, jauh lebih dalam dari itu. Ia adalah perjalanan menjaga makna, rasa, dan jiwa dari sebuah bahasa yang suci—bahasa yang dengannya Allah berbicara kepada manusia. Saya mulai benar-benar menyadari hal itu ketika belajar tahsin , memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Di situlah saya baru paham betapa rumit tapi indahnya bahasa Arab. Panjang-pendek satu huruf saja bisa mengubah arti seluruh ayat. Kadang, saya salah baca satu harakat, dan ustadz Suhadi—guru ngaji saya yang sabar luar biasa—hanya tersenyum sambil berkata pelan, “Hati-hati, Pak… yang Bapak baca tadi bukan rahmat , tapi malah laknat .” Kami tertawa...

NOTHING’S GONNA STOP US NOW – PETUALANGAN PERTAMA MASA SMP DARI JAKARTA HINGGA MIMPI YANG KAMI BANGUN

Gambar
    UNTUK MENDAPAT SUASANA TERBAIK, SILAHKAN KLIK LINK VIDEO BERIKUT : (Sebuah kenangan yang tumbuh bersama mimpi dan tawa anak-anak Pulau Dewata di Ibukota) Aku masih ingat betul malam itu—radio butut di pojok kamar kos yang cat temboknya mulai mengelupas, memutar lagu lawas yang seolah datang dari masa lalu tapi terasa begitu nyata: “Lookin’ in your eyes I see a paradise...” Entah kenapa, lagu itu selalu punya cara membuatku diam lama. Mungkin karena di setiap baitnya, aku melihat bayangan wajahmu. Ya, kamu—yang dulu hadir bukan dengan janji mewah, tapi dengan tawa sederhana dan segelas kopi sachet di bawah hujan rintik. Kita dulu bukan siapa-siapa. Dua anak muda yang mencoba bertahan hidup di kota besar, dengan dompet yang sering lebih tipis dari tisu di warung. Tapi entah kenapa, setiap kali aku melihatmu, dunia seolah berhenti sebentar. Semua hiruk-pikuk, semua kekhawatiran, semua “bagaimana nanti” itu… lenyap. Mungkin begini rasanya menemukan surga kecil di ten...