Postingan

Menampilkan postingan dari November 27, 2025

CUKUP SUDAH… KINI SAATNYA PULANG KE DIRIMU SENDIRI

Gambar
  UNTUK MENDAPAT SUASANA TERBAIK, SILAHKAN KLIK LINK VIDEO BERIKUT : Ada masa dalam hidup ketika kita akhirnya berhenti, bukan karena kita menyerah, bukan karena kita kalah, tetapi karena kita sadar… kita juga manusia. Ada batas yang tidak boleh dilampaui, ada luka yang tak bisa lagi ditambal, dan ada kelelahan yang selama ini kita pura-pura tidak rasakan. Dan hari itu akhirnya datang: hari ketika kamu menatap cermin, melihat matamu sendiri yang sembab, lalu dengan suara serak berkata pelan, “Cukup. Sampai di sini aku memperjuangkan sesuatu yang tak lagi kembali memelukku.” Toh dia pun sebenarnya tidak lagi layak untuk kau perjuangkan. Semua rumus kehidupan sudah kamu keluarkan—jujur, sabar, ngalah, berpikir panjang, bahkan sampai yang paling berat: Agree to Disagree . Tapi jika titik temu pun tidak disepakati, itu artinya dia ingin berdiri di sisi dunia yang ia pilih sendiri… dengan caranya sendiri… bukan cara “kita”. Padahal cinta bukan tentang “aku”. Kita tidak perna...

PAJAK 40%, DAN SECANGKIR KESADARAN: KETIKA HITUNG-HITUNGAN GOBLOK MALAH MEMBUKA MATA HATI

Gambar
   UNTUK MENDAPAT SUASANA TERBAIK, SILAHKAN KLIK LINK VIDEO BERIKUT :     Siang itu harusnya aku tidur siang kayak manusia normal—atau minimal pura-pura produktif sambil buka laptop biar keliatan sibuk. Tapi nasib berkata lain. Aku duduk bengong, gabut tingkat dewa, dan akhirnya menyeret diri membuka WhatsApp Group—tempat segala bentuk drama, hoaks, debat kusir, dan stiker “Assalamualaikum” dengan bunga mawar plastik hidup damai berdampingan. Tiba-tiba muncul satu share yang bikin alis naik bukan satu, tapi tiga tingkat. Katanya: “MUI menfatwakan pajak barang konsumsi dan tempat tinggal itu haram.” Yang lain nambahin, “Buang sampah ke laut juga haram.” Aku garuk-garuk kepala. Bukan karena gatal… tapi karena otak otomatis bilang, “Lho? Ini menarik juga…” Daripada gabut tak berfaedah, aku pun memutuskan melakukan kegiatan yang sudah jarang kulakukan: berpikir. Dan begitulah… siang yang awalnya kosong, berubah jadi perjalanan merenungi hidup lewat pintu...

MENDARAT DENGAN ELEGAN: KETIKA EXIT PLAN MENGAJARKAN KITA CARA PERGI TANPA LUKA

Gambar
   UNTUK MENDAPAT SUASANA TERBAIK, SILAHKAN KLIK LINK VIDEO BERIKUT : Tahukah kita apa itu exit plan ? Banyak orang membayangkannya seperti pintu darurat di pesawat—yang lampunya berkedip hijau, pramugari tersenyum menenangkan, padahal mungkin jantungnya ikut balap lari—dan kita membayangkan skenario mendarat darurat yang… astaghfirullah, semoga saja tidak pernah nyata. Dulu, bicara soal exit plan itu seperti bicara soal kematian di pesta ulang tahun: dianggap tidak sopan, tidak enak didengar, dan bikin orang salah tingkah. Tapi zaman berubah. Hidup berubah. Kesadaran manusia pun ikut bergerak. Dan pelan-pelan, kita mulai paham bahwa yang abadi itu memang hanya perubahan—sebagaimana Allah telah mengingatkan dalam firman-Nya: “Kullu nafsin dzāiqatul maut” (Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati). (QS. Ali Imran: 185) Jika hidup manusia saja punya siklus, maka bisnis yang kita bangun dengan keringat, kopi sachet, rasa panik klien, dan doa yang tak pernah putus pun...

KETIKA PROFESIONALISME DISERET KE MEJA HIJAU: KISAH YANG MEMBUAT ORANG BAIK TAKUT PULANG

Gambar
   UNTUK MENDAPAT SUASANA TERBAIK, SILAHKAN KLIK LINK VIDEO BERIKUT : Ada kalanya hidup memberikan tamparan yang tidak kita duga—tamparan yang tidak berbunyi plak, tetapi berbunyi jauh lebih pedih: “Oh, jadi begini nasib orang baik di negeri sendiri?” Itu bukan tamparan yang merusak kulit, tapi merobek keyakinan pelan-pelan. Kala kita tumbuh besar dengan mimpi mulia: sekolah tinggi, bekerja profesional, kembali ke negeri dan berbuat sesuatu… ternyata kini mimpi semacam itu mulai terasa seperti permainan petak umpet di malam gelap—kita tidak tahu apa yang akan menunggu di tikungan. Dan di tengah kabut kebingungan itu, muncul kisah yang mengguncang: vonis untuk Ira Puspadewi, eks Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry. Kisah yang membuat banyak profesional Indonesia yang sedang tenang bekerja di luar negeri mendadak kirim pesan ke grup WhatsApp alumni: “Bro, kalau mau pulang… pikir 100 kali dulu.” Kalimat yang terdengar bercanda, tapi getirnya lebih pekat daripada kopi ...