Sebuah Perjalanan Hidup
Masih aja teringat… Ketika belum sekolah, masih piyik, rambut belum bisa diatur, dan hidup cuma diisi dua hal: tidur dan main pasir. Papa dan Mama sering ngajak jalan-jalan ke Pantai Kuta. Dulu pantainya masih sepi, belum banyak kafe, belum ada tukang sewa papan selancar tiap dua meter. Yang ada cuma ombak, pasir putih, dan suara tawa Papa yang menggoda Mama, “Ayo lomba siapa yang bisa tahan air paling lama!”—padahal ujung-ujungnya Papa yang batuk-batuk duluan. Itu masa di mana dunia terasa sederhana. Nggak ada yang perlu dipikirin, selain apakah es lilin rasa kacang ijo masih ada di tukang yang lewat sore nanti. Lalu, masih teringat juga, waktu mulai masuk TK. Dunia kecil saya mulai punya “lingkungan sosial.” Bahasa kerennya sih, belajar bersosialisasi. Tapi waktu itu, artinya cuma satu: belajar berebut mainan dan kadang nangis bareng. Dari situlah saya ngerti, kalau ternyata hidup itu soal ganti-gantian —kadang kita dapat giliran main, kadang harus ngalah. Sebuah pelajaran yang ke...