360 HALAMAN, 12 BAB, DAN SATU NAMA YANG TAK PERNAH PERGI

 




SUASANA TERBAIK, SILAHKAN KLIK LINK VIDEO BERIKUT :




Tanggal 31 Desember 2025.
Hari terakhir dalam satu buku kehidupan yang tebalnya bukan main: 12 bab, 360 halaman, dan entah berapa ribu air mata yang jatuh diam-diam. Ada rasa sedih yang sulit dijelaskan, bukan sedih yang meledak-ledak, tapi sedih yang duduk manis di dada, berat, pelan, dan setia menemani. Sedih karena ternyata aku masih hidup—dan hidup itu sendiri bukan perkara ringan.

Setahun ini rasanya seperti naik wahana yang rusak remnya. Goncangan datang bukan satu-satu, tapi berombongan. Hentakan masalah silih berganti, belum sempat luka lama kering, sudah disiram luka baru. Harapan pun banyak yang gugur di tengah jalan. Ada yang patah sebelum sempat tumbuh, ada yang tumbuh tapi layu karena kenyataan tidak seindah rencana. Kadang aku cuma bisa senyum kecil sambil bilang ke diri sendiri, “Oh… ternyata hidup lagi bercanda ya.”

Yang lebih perih, bukan cuma aku yang goyah. Orang-orang terdekat, yang kupikir paling kuat, ternyata juga kelelahan secara mental. Ada yang tumbang diam-diam, ada yang marah tanpa tahu harus ke mana, ada pula yang menjauh karena tak sanggup lagi menanggung beban. Mungkin—dan ini kupikirkan lama—karena sejak awal tujuannya bukan benar-benar untuk-Nya. Lebih banyak mengejar dunia, pengakuan, validasi, dan rasa “dianggap berhasil”. Padahal dunia itu licin, sekali terpeleset, jatuhnya bisa panjang.

Namun di tengah kusutnya semua itu, ada satu hal yang aneh tapi nyata: Allah tidak pernah pergi.
Saat semuanya terasa gelap, justru ayat-ayat-Nya datang seperti lampu kecil yang tak menyilaukan, tapi cukup untuk melangkah. Ayat-ayat itu tidak selalu datang dalam bentuk jawaban instan, tapi hadir sebagai kekuatan untuk bertahan satu hari lagi.

Aku teringat firman Allah yang entah sudah berapa kali kudengar, tapi baru benar-benar kurasakan maknanya tahun ini:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا۝ إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Fa inna ma‘al-‘usri yusrā. Inna ma‘al-‘usri yusrā.
“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 5–6)

Ayat ini bukan janji kosong. Aku melihatnya sendiri. Kadang kemudahannya bukan berupa uang, jabatan, atau masalah yang langsung selesai. Tapi berupa hati yang tiba-tiba lebih lapang, air mata yang akhirnya tumpah lalu lega, atau pertemuan kecil yang menyadarkan bahwa aku tidak sendirian.

Lucunya, di saat aku merasa paling hancur, justru di situ aku paling sering berbicara jujur kepada Allah. Tidak pakai bahasa puitis. Tidak pakai doa panjang. Kadang cuma, “Ya Allah… aku capek.” Dan entah bagaimana, rasa capek itu tidak lagi mematikan, tapi berubah jadi tanda bahwa aku masih berjuang.

Rasulullah ﷺ pernah mengingatkan dengan lembut, seolah memahami betul betapa rapuhnya manusia:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ
‘Ajaban li amril mu’min, inna amrahu kullahu khair.
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, seluruh urusannya itu baik.”
(HR. Muslim)

Baik saat senang, baik saat susah. Bukan karena keadaannya selalu indah, tapi karena Allah selalu terlibat di dalamnya. Tahun 2025 mengajariku satu hal penting: tidak semua yang membuat kita menangis itu buruk, dan tidak semua yang terlihat gagal itu benar-benar kalah.

Aku menutup tahun ini dengan kepala sedikit tertunduk, bukan karena kalah, tapi karena akhirnya paham caranya berserah. Tidak lagi sok kuat. Tidak lagi merasa harus menjelaskan semuanya kepada dunia. Cukup Allah yang tahu, dan itu sudah lebih dari cukup.

Terima kasih ya Allah…
Terima kasih karena Engkau tidak menghilangkan semua badai, tapi mengajarkanku cara bertahan di tengahnya. Terima kasih karena masih memelukku lewat ayat-ayat-Mu, meski aku sering lalai.

Kini 2026 berdiri di depan pintu.
Aku tidak lagi datang dengan daftar tuntutan panjang. Aku datang dengan satu kalimat sederhana:

“2026, aku gantungkan kepada-Mu ya Allah.”

Karena pada akhirnya, dari 360 halaman yang kulewati, satu nama itulah yang tidak pernah absen: Allah.


Postingan populer dari blog ini

56 - SAAT WAKTU ITU TIBA… RENNY PULANG KE PANGKUAN ALLAH

BADAI ITU MEMANG DATANG TANPA PERMISI - 18 DESEMBER 2024.

BANGKIT LAGI, SEKALIPUN PELAN