NIKMATI PROSESNYA, BUKAN HANYA HASILNYA
Kita hidup di zaman serba instan. Mi instan, kopi instan,
bahkan kadang... cinta juga instan. Baru chat dua kali, udah bilang “kamu
jodohku.” 🙃
Nggak salah sih suka yang cepat, tapi masalahnya: nggak
semua hal dalam hidup bisa diseduh dalam tiga menit. Ada hal-hal yang butuh
waktu, butuh sabar, dan — yang paling penting — butuh dinikmati prosesnya.
Aku pernah punya pengalaman lucu (dan agak nyesek). Waktu
itu pengin banget bisa masak nasi goreng kayak di warung pinggir jalan. Kamu
tahu kan yang aromanya aja udah kayak undangan buat makan dua piring? Akhirnya
aku coba sendiri di rumah. Tapi hasilnya... hmm, gimana ya... lebih mirip nasi
gosong beraroma kecap daripada nasi goreng. 😅
Aku sempat nyerah. “Udah lah, ternyata bukan bakatku,”
kataku waktu itu. Tapi lucunya, tiap kali lewat warung nasi goreng, aku tetap
pengin coba lagi. Akhirnya, pelan-pelan aku belajar. Dari nonton YouTube, nanya
ke tukang nasi goreng langganan (“Bang, rahasianya apa sih kok bisa wangi
gitu?”), sampai eksperimen tengah malam. Dan setelah beberapa kali gagal (dan
beberapa kali diceramahin ibu karena dapur kayak habis perang), akhirnya aku
bisa bikin nasi goreng yang... yah, lumayan lah, bisa dimakan tanpa harus minum
air satu galon.
Dari situ aku sadar: kadang hasil itu memang penting, tapi
ternyata prosesnya jauh lebih berharga. Karena di proses itulah kita belajar
sabar, belajar tekun, belajar tertawa di tengah gagal, dan — yang paling
penting — belajar menikmati diri sendiri yang lagi berusaha.
Masalahnya, banyak dari kita terlalu fokus sama hasil akhir.
Kita pengin cepat sukses, tapi nggak mau belajar.
Pengin punya badan ideal, tapi ogah olahraga.
Pengin bahagia, tapi nggak mau berdamai sama diri sendiri.
Akhirnya, ketika hasilnya nggak sesuai harapan, kita langsung nyerah. Padahal
mungkin, kita cuma perlu bertahan sedikit lebih lama.
Kalau hidup diibaratkan perjalanan, hasil itu cuma tujuan —
tapi prosesnya adalah pemandangan di sepanjang jalan. Dan sayang banget kan,
kalau sepanjang perjalanan kamu cuma fokus nunggu sampai “tujuan,” tapi nggak
sempat lihat matahari terbenam di sisi kiri, atau senyum orang yang lewat di
sisi kanan?
Aku pernah dengar satu kalimat bijak:
“Kalau kamu menanam pohon mangga, jangan cuma mikirin kapan
berbuah. Nikmatilah waktu saat kamu menyiramnya, melihatnya tumbuh, dan
bernaung di bawah daunnya.”
Dan itu benar banget. Kadang hidup bukan soal seberapa cepat
sampai, tapi seberapa dalam kamu menikmati perjalanannya. Karena hasil bisa
berubah, tapi kenangan dan pelajaran dari proses nggak akan pernah hilang.
Jadi, kalau hari ini kamu lagi di tengah perjuangan — entah
belajar, kerja, atau bahkan menyembuhkan diri dari luka — jangan buru-buru
pengin sampai.
Nikmati aja dulu prosesnya. Tertawa di tengah lelah.
Bangga pada diri sendiri yang masih berusaha, meskipun jalannya pelan.
Karena nanti, ketika kamu akhirnya sampai di “hasil,” kamu
bakal sadar...
Yang paling indah dari perjalanan ini bukan tempat tujuannya,
tapi siapa dirimu yang terbentuk sepanjang jalan.