ROAD TO SUSTAINABLE GROWTH: Sumbangsih untuk Kota yang Telah Membentukku

 





Kali Ini aku  memberi Kontribusi Buat Kota Malang, rasanya seperti menanam pohon di tanah tempat aku dulu belajar tumbuh. Ada getar yang tidak bisa dijelaskan — antara nostalgia dan tanggung jawab moral. Di kota inilah aku dulu belajar tentang nilai, tentang kerja keras, dan tentang arti kebersamaan. Dan kini, setelah melewati perjalanan panjang di dunia profesional, aku kembali dengan satu tekad: ikut membangun ekosistem ekonomi daerah yang berkelanjutan, melalui peran kecilku kepada PERUMDA TUNAS.

Bagi sebagian orang, BUMD mungkin hanya dianggap sebagai bagian dari birokrasi ekonomi daerah. Tapi bagi saya, BUMD adalah laboratorium peradaban lokal. Di sanalah konsep bisnis, pelayanan publik, dan nilai kemanusiaan bertemu dalam satu wadah. Dan Malang — dengan segala dinamikanya — punya peluang besar untuk menjadi contoh kota yang bukan hanya produktif, tapi juga bermartabat.

Makna “Bermartabat” dalam Perspektif Bisnis dan Kehidupan

Visi Kota Malang “Bermartabat” sering kita dengar, tapi jarang kita renungkan maknanya secara mendalam. Bermartabat berarti menjunjung nilai kemanusiaan, mengelola sumber daya dengan tanggung jawab, dan memastikan bahwa pertumbuhan tidak hanya berpihak pada yang kuat.
Dalam bahasa sederhana, kota bermartabat adalah kota yang tidak meninggalkan siapa pun di belakang.

Inilah semangat yang coba aku hidupkan kepadaPERUMDA TUNAS. Aku percaya bisnis yang dijalankan oleh pemerintah daerah tidak boleh sekadar mengejar laba, tapi harus menghadirkan manfaat bagi seluruh masyarakat. Bahwa setiap angka dalam laporan keuangan harus beririsan dengan nilai-nilai sosial — menciptakan lapangan kerja, menghidupkan ekonomi rakyat, dan menjaga lingkungan tetap lestari.

Setiap orang punya cara sendiri untuk membalas budi kepada tempat yang telah membesarkannya. Bagi'ku, Kota Malang bukan sekadar tanah tempat belajar— tapi ruang belajar kehidupan. Dari jalan-jalan sempit tempat saya dulu berlari menuju kampus, hingga kuliner dan sudut-sudut kotanya yang mengajarkan arti perjuangan dan integritas. Maka, ketika kesempatan datang untuk ikut berkontribusi di PERUMDA TUNAS, aku melihatnya bukan sekadar proyek bisnis, tapi panggilan moral untuk berbuat sesuatu bagi kota yang telah membentuk aku dari muda hingga dewasa.

Membangun dengan Nilai, Bukan Sekadar Angka

“Malang Bermartabat” bukan hanya slogan. Ia adalah cerminan nilai luhur: tanggung jawab manusia sebagai khalifah, dan penghormatan terhadap martabat kemanusiaan. Sebuah kota bermartabat bukan diukur dari tingginya gedung, tapi dari tingginya nilai kemuliaan dan rasa kepedulian antar warganya. Itulah filosofi yang aku pikirkan ketika berpikir tentang arah menata arah langkah PERUMDA TUNAS menuju pertumbuhan berkelanjutan.

Sejak awal, PERUMDA TUNAS tidak hanya dirancang sebagai entitas bisnis, tapi juga sebagai penggerak ekosistem ekonomi rakyat. Saat itu, tiga sumber utama pendapatan—jasa potong, jasa penitipan, dan BDHP—menjadi pondasi awal dari perjalanan panjang menuju kemandirian finansial dan dampak sosial.

Dengan modal awal sebesar sekitar Rp 9,5 miliar, capaian pendapatan yang meningkat dari Rp 1,6 miliar (2019) menjadi Rp 2,2 miliar (2020) bukan hanya mencerminkan performa bisnis yang sehat, tetapi juga menunjukkan tumbuhnya optimisme masyarakat terhadap lembaga milik daerah ini. Bahkan di masa sulit, seperti pandemi, kehadiran PERUMDA TUNAS melalui program seperti vaksinasi masyarakat membuktikan bahwa bisnis bisa menjadi alat kebermanfaatan sosial, bukan sekadar mesin keuntungan.

 Membaca Peta: Kekuatan, Peluang, dan Tantangan

Sebagai BUMD, PERUMDA TUNAS punya keunggulan struktural — dukungan Pemerintah Kota Malang dan aset yang relatif besar. Tapi aku juga sadar, ada pekerjaan rumah yang besar di sisi kultur organisasi dan sistem kerja yang belum sepenuhnya terbentuk.

Di sisi lain, peluang di depan mata begitu luas. Pertumbuhan ekonomi kota Malang yang mencapai 5,73% menunjukkan daya hidup ekonomi yang tinggi. Pasar terus tumbuh, kebutuhan masyarakat makin beragam, dan ruang kolaborasi dengan sektor swasta terbuka lebar. Namun, ancaman dari perusahaan swasta dengan model bisnis sejenis juga menjadi alarm bagi BUMD untuk tidak lengah — bahwa inovasi dan profesionalisme harus menjadi napas baru dalam setiap langkah.

 Tiga Fokus Utama: Business, Operation, dan Finance Engineering

Pertumbuhan yang berkelanjutan tidak bisa dicapai hanya dengan visi besar — ia butuh struktur yang kuat, sistem yang rapi, dan kultur yang sehat. Maka, tiga pilar utama yaitu— Business, Operation, dan Finance Engineering — menjadi motor penggerak arah kebijakan strategis.

Menata organisasi dalam empat pilar besar:

  1. Business Development – membuka ruang bagi inovasi dan ekspansi usaha baru.
  2. Operation & Product Process – memastikan efisiensi dan kualitas layanan.
  3. Finance Engineering & Support System – menjaga keseimbangan keuangan dan keberlanjutan.
  4. Sales & Marketing – memperkuat jangkauan pasar dan brand positioning.

Tahapan pengembangan bisnis pun dirancang secara bertahap, realistis, namun progresif.

 

Empat Tahap Menuju Keberlanjutan

  1. Landasan Dasar (2 tahun)
    Fokus menata struktur bisnis, membangun sistem, menanamkan kultur korporasi, dan memperkuat fondasi keuangan. Targetnya adalah membangun blueprint 20% untuk arah jangka panjang.
  2. Tahap Penguatan (2 tahun)
    Mulai mengimplementasikan program skala kecil: pemotongan dan pengolahan, pengembangan retail, serta franchise di sektor restoran, café, dan perbengkelan. Tujuannya membentuk Local Business Hero yang menggerakkan ekonomi warga sekitar.
  3. Tahap Pengembangan (3 tahun)
    Naik ke level regional. Fokus pada distribusi antar wilayah (trucking), pengembangan hotel chain, dan property management. Semua diarahkan untuk memperkuat struktur finansial dan memperluas jangkauan bisnis.
  4. Tahap Keberlanjutan (5 tahun ke depan)
    Ini adalah fase di mana PERUMDA TUNAS bertransformasi menjadi pemain nasional. Fokusnya pada pengembangan Cyber City, telekomunikasi, dan bisnis energi skala kota. Sebuah langkah besar menuju ekosistem digital dan energi yang mandiri dan berkelanjutan.

 

Misi Sosial di Balik Bisnis

Namun, di balik semua target dan angka, ada hal yang lebih mendasar: nilai kemanusiaan.
Aku percaya bisnis daerah harus menjadi alat perubahan sosial — membuka lapangan kerja, meningkatkan akses pendidikan dan kesehatan, dan membangun kota yang inklusif.
Misi ini sejalan dengan arah besar Kota Malang:

  • Meningkatkan akses pendidikan, kesehatan, dan layanan dasar bagi semua.
  • Mewujudkan kota produktif dan berdaya saing berbasis ekonomi kreatif.
  • Menumbuhkan kota yang rukun dan toleran.
  • Menegakkan pelayanan publik yang profesional dan akuntabel.

 Menutup dengan Rasa Syukur dan Harapan

Bagi aku pribadi, sumbangsih pemikiran kepada PERUMDA TUNAS bukan sekadar ide berpikir, tapi panggilan hati untuk berbuat bagi kota yang aku cintai. Kota Malang telah membentuk aku menjadi siapa saya hari ini — dan kini saatnya aku memberi kembali dalam bentuk yang lebih luas: membangun sistem, memberdayakan masyarakat, dan memastikan keberlanjutan ekonomi daerah.

Karena di balik setiap laporan keuangan yang positif, tersimpan harapan akan masa depan yang lebih adil dan manusiawi.
Dan di balik setiap strategi bisnis yang kuat, terselip doa agar Malang tetap menjadi “Baldatun Thoyibatun Wa Robbun Ghofur” — kota yang baik, makmur, dan penuh keberkahan.

Postingan populer dari blog ini

SAAT WAKTU ITU TIBA… RENNY PULANG KE PANGKUAN ALLAH

BADAI ITU MEMANG DATANG TANPA PERMISI - 18 DESEMBER 2024.

BANGKIT LAGI, SEKALIPUN PELAN