TERHIPNOTIS – TENTANG CINTA YANG BIKIN LUPA DIRI
Pernah nggak sih kamu ngerasa jatuh cinta sampai dunia kayak berhenti muter sebentar? Kayak semua yang lain jadi blur, cuma dia yang fokus. Yang kamu lihat cuma dia. Yang kamu pikir juga cuma dia. Bahkan waktu kamu lagi ngaduk kopi, kamu bisa senyum-senyum sendiri karena inget caranya dia ketawa waktu salah ngomong “aku juga sayang.”
Lucunya, di momen itu, logika tuh udah berusaha keras ngasih sinyal. Dari dalam kepala dia udah teriak-teriak, “Hey! Itu bahaya! Jangan terlalu dalam!” Tapi, apa yang kita lakuin? Kita malah jawab santai, “Sssst… diam dulu, lagi sayang nih.”
Nah, di titik itulah biasanya manusia mulai terhipnotis.
Bukan karena dia punya mantra rahasia kayak di film fantasi, tapi karena perasaan memang punya kekuatan yang aneh — bisa bikin yang paling rasional pun jadi kayak anak kecil yang nemu balon pertama kali.
Cinta tuh emang aneh.
Dia bisa bikin orang paling kuat jadi rapuh, dan yang paling dingin jadi meleleh.
Kita jadi suka lupa diri, lupa waktu, kadang bahkan lupa makan (ya, meski biasanya lebih seringnya makan jadi dobel karena galau).
Tapi lucunya lagi, di tengah semua “hipnosis cinta” itu, ada nilai kehidupan yang nggak kalah penting: bahwa cinta bukan soal kehilangan logika, tapi belajar menyeimbangkan antara rasa dan sadar.
Karena kalau semua dikasih ke rasa, kamu bisa hanyut sampai tenggelam. Tapi kalau semua dikasih ke logika, kamu nggak bakal berani nyemplung sama sekali.
Jadi, cinta yang sehat itu kayak kopi susu:
ada pahitnya, ada manisnya, tapi kalau kamu aduk dengan takaran yang pas — hasilnya nikmat.
Yang penting, jangan biarkan “hipnotis cinta” bikin kamu lupa siapa diri kamu sebenarnya.
Karena cinta yang sejati itu bukan yang bikin kamu kehilangan arah,
tapi yang bikin kamu sadar bahwa ternyata… kamu masih bisa jatuh cinta sambil tetap berdiri tegak.