I WANT TO KNOW WHAT LOVE IS
UNTUK MENDAPAT SUASANA TERBAIK, SILAHKAN KLIK LINK VIDEO BERIKUT :
(Seorang Hamba yang Akhirnya Berani Membuka Hati - The Real Glory of Love)
Kadang hidup itu punya cara unik banget buat “ngetuk pintu,” ya. Bukan lewat kejadian dramatis, bukan juga lewat petir yang belah langit—kadang cuma lewat getaran halus di dada yang bikin kita tiba-tiba melek di tengah malam. Itu yang terjadi sama aku malam itu.
Nggak ada suara
apa pun. Nggak ada mimpi aneh. Tapi ada sesuatu yang manggil… lembut, tapi
jelas. Kayak bisikan dari langit yang nyuruh aku bangun. Aku duduk, bengong
sebentar, terus berdiri sambil celingak-celinguk nyari cahaya lampu yang paling
nggak bakal nusuk mata yang baru bangun.
Air wudhu yang
dingin nyentuh kulit, dan rasanya… aku kayak baru dihidupin ulang.
Ada undangan
yang nggak tertulis:
“Ayo, curhatlah kepadaKu malam ini.”
Dan begitu
tangan ini terangkat, semua yang selama ini aku tahan—yang pura-pura aku simpan
rapi—langsung jatuh satu-satu. Luka-luka itu, yang biasanya cuma aku sikat ke
bawah karpet hati, malam itu nongol semua. Duduk berjajar rapi, kayak mau rapat
akbar, terus bilang:
“Ayoo, kita
bahas nih… bareng-bareng.”
Aku ngomong
sama Allah tentang hidup yang panjang, yang rasanya kayak nanjak gunung tanpa
tau kapan sampai puncak. Tentang capek yang kadang bikin napas ini kayak
setengah-setengah. Tentang jatuh yang saking seringnya sampai rasanya biasa,
tapi tetap sakit. Tentang ekspektasi orang lain yang berat, dan ekspektasi diri
sendiri yang lebih berat lagi. Dan tentang sepi—yang suka diem-diem ngikutin,
kayak bayangan yang nggak bisa diajak kompromi.
Tapi di tengah
gelap itu… ada cahaya. Beneran. Bukan cahaya lampu kamar—tapi lebih kayak
cahaya hangat yang lewat dari balik awan. Pelan, nggak maksa, tapi bikin hati
yang beku ini anget kayak minum kopi tubruk sambil nunggu hujan reda.
Dan aku tau…
itu cinta.
Bukan cinta ala
adegan film—yang kalau kena angin rambut tiba-tiba slow motion. Ini cinta yang
tenang. Cinta yang lembut. Cinta yang sepi tapi dalam. Cinta yang datang dari
Sang Pemilik Segala Cinta.
Cinta yang
nggak ribut-ribut.
Cinta yang nggak lebay.
Cinta yang bikin lutut ini tetap kuat ketika dunia lagi berat-beratnya.
Cinta yang biarin aku jatuh, supaya aku ngerti rasanya bangkit.
Dan jujur aja…
aku takut.
Aku pernah
patah. Pernah terluka. Pernah merasa nggak layak dicintai. Pernah takut kalau
rasa-rasa itu balik lagi kayak film seri yang nggak selesai-selesai. Tapi ada
satu titik kecil di hati—kecil banget—yang ngeyel bilang:
“Ayo cari
lagi. Cari apa itu cinta yang sebenar-benarnya.”
Bukan teori.
Bukan petuah yang manis tapi kosong.
Tapi cinta yang bisa dirasain. Dipeluk. Dihidupi.
Makanya malam
itu, aku seperti ngomong ke Allah:
“I want to
know what love is. Aku ingin tahu apa itu cinta. Dan aku tahu…hanya
ENGKAU yang bisa menunjukkannya.”
Itu kalimat
paling jujur yang pernah aku keluarin ke langit. Itu aku—versi paling ringkih,
paling polos, paling nggak pake topeng. Versi yang udah capek sembunyi, capek
pura-pura nggak peduli, capek lari dari rasa yang justru aku cari.
Dan waktu dalam
hati aku bilang:
“Let’s
talk about LOVE…”
Astaga… itu
rasanya bukan sekadar mau ngobrol. Itu kayak surat terbuka buat Allah bahwa aku
siap belajar. Siap ngerti cinta sebagai perjalanan, bukan pelarian. Sebagai
tujuan, bukan tambalan.
Aneh tapi
nyata… malam itu aku tenang.
Tenang dengan
cara yang nggak pernah aku rasain sebelumnya.
Tenang kayak ada suara lembut di hati bilang:
“Capek nggak
apa-apa. Takut nggak apa-apa. Yang penting kamu nggak sendiri.”
Dan bener.
Aku nggak sendiri.
Saat aku merasa
kosong? Allah isi ulang.
Saat aku merasa hilang arah? Allah tuntun pelan-pelan.
Saat aku merasa nggak layak dicintai? Allah tambahin cinta-Nya tanpa aku harus
minta.
Aneh, ya?
Yang paling sering aku lupain… justru yang paling setia ada.
Malam itu aku
ngerti:
Dari semua cinta yang pernah mampir dan pergi, cuma cinta Allah yang nggak
pernah ninggalin.
Dan untuk
pertama kalinya dalam hidup, aku berani bilang:
“Ya Allah… aku
siap belajar lagi. Tunjukkan apa itu cinta. Tunjukkan versi terbaiknya. Biar
aku bisa mencintai-MU dengan cara yang benar.”
Di balik
kalimat itu ada takut, ada harapan, ada rindu, ada luka, ada keberanian, ada…
manusia. Aku.
Tapi justru itu
yang bikin malam itu jadi salah satu momen paling jujur dalam hidupku.
Mungkin ini
baru awal.
Awal dari
perjalanan cinta yang diam-diam selalu aku cari.
Awal dari keberanian membuka hati yang dulu udah pernah hancur.
Awal dari rasa percaya yang dulu sempat hilang.
Dan mungkin…
mungkin sekali… Ini adalah The Real Glory of Love.