ISLAMIC.BALI — KETIKA KEHADIRAN MENJADI PELAYANAN, DAN PELAYANAN MENJADI DOA

  

UNTUK MENDAPAT SUASANA TERBAIK, SILAHKAN KLIK LINK VIDEO BERIKUT :



 

Kadang cerita besar itu lahir dari obrolan yang kelihatannya receh—sekedar nongkrong sambil ngeteh, saling lempar ide, dan tiba-tiba… klik! Ada sesuatu yang menggugah hati. Begitu juga hari itu, waktu aku dan teman-temanku ngobrol santai tentang satu hal: kebutuhan. Bukan kebutuhan kita saja, tapi kebutuhan semua orang yang datang ke Bali. Sebuah pulau yang sejak lama jadi panggung dunia—tempat di mana semua manusia datang dengan harapan, rasa takjub, dan tentu… rasa ingin dilayani dengan baik.

Dan tanpa kita sadari, percakapan itu membuka jalan untuk perjalanan panjang.

 

Ketika Bali Berubah, Dunia Pun Menatap

Pertumbuhan industri pariwisata di Bali bukan lagi sekadar berita—itu kenyataan sehari-hari. Dari tahun ke tahun, pintu bandara semakin ramai, koper-koper makin penuh, dan wajah-wajah baru muncul sepanjang jalan. Wisatawan Timur Tengah meningkat hingga ratusan ribu orang, wisatawan domestik mencapai jutaan, dan semua itu seperti gelombang yang perlahan naik, memberi peluang sebesar-besarnya bagi Bali.

Dari sisi ekonomi? Jelas menggembirakan. PAD bertambah, lapangan kerja terbuka, dan roda perputaran uang terus berputar.

Tapi kita semua tahu, Bali bukan sekadar tempat wisata. Bali adalah karakter. Bali adalah identitas. Bali adalah rumah besar yang dibangun oleh adat, tradisi, dan spiritualitas yang sangat kuat.

Maka, pertanyaannya muncul:

“Bagaimana menjadi tuan rumah yang baik tanpa kehilangan jati diri?”

 

Ketika Ide Tak Selalu Bertemu Jalan

Jauh sebelum obrolan kami dimulai, sebenarnya pemerintah sudah sempat mengusung konsep Wisata Halal pada awal tahun 2000-an. Gagasannya mulia—memberi rasa nyaman pada wisatawan muslim dan, tentu, meningkatkan pendapatan daerah.

Tapi… kenyataan tidak selalu semulus slide presentasi.

Konsep ini ditolak sebagian masyarakat Bali. Sebagian menilai gagasan itu terkesan tiba-tiba, terlalu ekstrem, bahkan terasa seperti hendak mengubah karakter Bali. Padahal bukan itu niatnya. Namun dalam pemasaran, kita tahu: produk yang baik pun bisa gagal bila tidak memahami kultur masyarakatnya.

Dalam Islam sendiri Allah sudah mengingatkan:

“Dan janganlah kamu memaksakan kehendakmu terhadap orang lain. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
(QS. Al-Baqarah: 190 — dalam makna etisnya)

Setiap perubahan butuh pendekatan. Butuh kelembutan. Butuh pemahaman. Tidak bisa sekadar menempel label “halal” lalu berharap semua orang langsung menerima.

 

Dari Obrolan Ringan yang Menjadi Jalan Terang

Waktu itu, sambil menyeruput minuman masing-masing, seorang teman nyeletuk:

“Gimana kalau kita mulai dari hal kecil aja? Dari kebutuhan paling dasar wisatawan muslim—ibadah. Tempat sholat. Musholla. Informasi makanan halal. Yang kayak gitu ‘kan gak bentrok sama budaya Bali.”

Dan semua orang terdiam. Bukan karena tidak setuju, justru karena ide itu terlalu masuk akal.

Bali sudah terkenal dengan hospitality-nya. Senyum. Keramahtamahan. Pelayanan yang tulus. Menyediakan ruang ibadah bagi wisatawan muslim bukanlah perubahan budaya, tetapi penambahan pelayanan.

Rasulullah SAW bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Thabrani)

Pelayanan adalah manfaat. Dan manfaat adalah ibadah.

Akhirnya, dari diskusi ringan itu lahirlah satu ide besar:
Menyediakan aplikasi yang memuat semua informasi kebutuhan wisatawan muslim.

 

Lahirnya “ISLAMIC.BALI” — Bukan Sekadar Aplikasi

Kami sepakat membuat sebuah aplikasi bernama ISLAMIC.BALI. Isinya sederhana, tapi sangat dibutuhkan:

  • Daftar masjid dan musholla terdekat
  • Notifikasi waktu sholat
  • Lokasi restoran dan kafe dengan label halal
  • Informasi fasilitas ibadah di pusat perbelanjaan
  • Input informasi dari para driver online
  • Kontribusi masyarakat lokal
  • Review dan update real-time dari wisatawan sendiri

 

Percaya atau tidak, ide ini bukan sekadar soal aplikasi.
Ini tentang menghubungkan.

Menghubungkan wisatawan dengan informasi.
Menghubungkan masyarakat Bali dengan peluang ekonomi baru.
Menghubungkan driver online dengan sumber income tambahan.
Menghubungkan Bali dengan dunia — tanpa mengubah jati dirinya.

Dan lebih dari itu…
Menghubungkan niat baik dengan pahala.

Allah berfirman:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa.”
(QS. Al-Ma'idah: 2)

Aplikasi ini adalah wujud tolong-menolong. Saling melengkapi. Saling memudahkan.

 

🍃 Solusi untuk Hambatan-Hambatan yang Muncul

Tentu, tidak semuanya berjalan mulus. Beberapa tantangan muncul:

1️ “Jangan sampai ini mengubah Bali.”

— Kami jawab dengan pendekatan: aplikasi ini tidak mengubah budaya, hanya menambah layanan.

2️ “Bagaimana dengan data yang belum lengkap?”

— Solusinya: crowdsourcing, kolaborasi dengan masyarakat dan driver online.

3️ “Apakah ini akan memecah komunitas?”

— Kami rangkul tokoh adat, tokoh agama, dan komunitas lokal untuk duduk bersama. Prinsip Islam:
“Allah mencintai kelembutan dalam segala urusan.” (HR. Bukhari)

“Bagaimana memastikan keberlanjutannya?”

— Dengan membangun kemitraan dengan UMKM, restoran, hotel, dan asosiasi pariwisata.

Semua dilakukan dengan pendekatan halus, dialog, dan pemahaman. Seperti air yang mengalir tanpa memaksa.

 

Mimpi yang Lebih Besar dari Sekadar Aplikasi

Harapan kami sederhana tapi dalam:

Bali tetap Bali.
Penuh karakter, budaya, dan keindahannya.

Tapi Bali juga menjadi:

  • tempat yang nyaman bagi semua wisatawan,
  • ramah bagi traveller muslim,
  • dan tetap menjaga keharmonisannya dengan dunia.

Karena pada akhirnya, pelayanan bukan soal agama.
Pelayanan adalah soal hati.

Dan kalau hati sudah dilibatkan, hasilnya akan jauh lebih besar dari apa pun yang bisa dihitung dengan angka.

 

Pelan-Pelan Menyentuh

Kadang Allah membuka pintu rezeki bukan dari hal besar, tetapi dari niat kecil yang dipikirkan dengan tulus. Kami tak tahu seberapa besar ISLAMIC.BALI akan berkembang. Tapi kami percaya satu hal:

Ketika niatnya baik, jalannya akan diantar.
Ketika tujuannya bermanfaat, langkahnya akan dimudahkan.
Ketika caranya lembut, orang-orang akan menerima dengan hati.

Semoga Bali terus indah, terus ramah, dan terus menjadi rumah bagi siapa saja yang datang.

Dan semoga aplikasi kecil ini menjadi jembatan bagi banyak kebaikan lainnya.
Pelan-pelan. Dengan cara yang bersahaja. Dengan niat yang bersih.

Akhirnya, seperti sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya Allah mencintai pekerjaan yang dilakukan dengan baik.”
(HR. Baihaqi)

Semoga ikhtiar ini menjadi amal baik untuk semua yang terlibat.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

 

Postingan populer dari blog ini

SAAT WAKTU ITU TIBA… RENNY PULANG KE PANGKUAN ALLAH

BADAI ITU MEMANG DATANG TANPA PERMISI - 18 DESEMBER 2024.

BANGKIT LAGI, SEKALIPUN PELAN