PELAJARAN DARI MASA KECIL: CINTA, TAWA, DAN KETULUSAN
UNTUK MENDAPAT SUASANA TERBAIK, SILAHKAN KLIK LINK VIDEO BERIKUT :
Dulu, aku sering mengira masa kecil hanyalah tentang berlari-larian di halaman rumah, mengejar bola, dan memanjat pohon sampai baju kotor dan lutut lecet. Tapi lama-lama, aku sadar, masa kecil itu jauh lebih dari sekadar main dan belajar hitung-hitungan atau huruf. Masa kecil adalah panggung pertama kita mengenal dunia dengan segala perbedaan yang ada—dari teman sekelas yang suka bercanda sampai tetangga yang selalu berbeda cara berbicara dan tertawa.
Aku ingat,
suatu sore, ketika aku dan teman-teman sedang bermain di halaman, ada teman
baru yang pendiam dan agak kikuk. Awalnya, aku ragu untuk mendekat, takut dia
tidak bisa mengikuti permainan kami. Tapi justru dari dia, aku belajar sopan
santun yang sesungguhnya: cara menghargai orang lain, cara menunggu giliran,
dan cara memberi senyum tanpa mengharapkan imbalan. Lambat laun, persahabatan
itu tumbuh, bukan karena kita selalu setuju atau bermain sama-sama, tapi karena
ketulusan hati yang sederhana—ketika kita mau memahami, menolong, dan berbagi
tawa.
Dan di masa itu
juga, aku mulai memahami arti cinta yang tulus. Bukan cinta yang besar atau
dramatis, tapi cinta yang muncul dari kepedulian kecil: menahan amarah saat
teman jatuh, membagi roti meski kita lapar, atau sekadar mendengarkan cerita
yang kadang tidak penting tapi berarti bagi mereka. Semua itu mengajarkanku
bahwa kebersamaan yang hangat dan tulus jauh lebih berharga daripada sekadar
permainan atau hadiah.
Kini, ketika
aku melihat kembali ke masa kecil itu, aku tersenyum. Karena masa-masa itu,
dengan segala kebodohan dan kekonyolannya, mengajarkanku nilai kehidupan yang
sesungguhnya: menghargai perbedaan, menapaki sopan santun, dan menumbuhkan
cinta serta persahabatan yang lahir dari ketulusan. Ternyata, di balik tawa,
kotoran, dan lecet di lutut, tersimpan pelajaran hidup yang tak tergantikan.