KEUNTUNGAN ITU DATANG DARI LANGIT
Setiap pagi, kalau saya lewat depan kios Pak Bambang, suasananya kayak terminal kecil versi logistik. Ada saja kendaraan berhenti: kadang mobil air mineral, kadang motor bawa mie instan, besoknya rokok, lusa telur, gula, beras — kadang datang bareng kayak arisan pemasok. Pokoknya sibuk banget.
Saya sempat mikir, “Ini kios apa gudang logistik nasional,
sih?” Tapi ya begitulah, dagangan Pak Bambang cepat banget mutarnya. Barang
masuk, barang keluar. Nggak sempat nganggur.
Yang bikin kagum, dari hasil “lalu-lalang” itu, hidup Pak
Bambang makin makmur. Motor bututnya yang dulu asapnya aja bikin ayam tetangga
batuk, sekarang udah naik kelas jadi Daihatsu Ayla. Kiosnya pun, yang dulu satu
petak, sekarang sudah nambah jadi dua. Hebatnya lagi, kalau dilihat dari luar,
kerjanya kayaknya santai banget. Barang datang, ditata, dijual. Untungnya? Ya
cuma 5–10% aja per barang. Tapi karena muternya cepat dan dipercaya banyak
agen, ya hasilnya terasa banget.
Nah, di situ saya mulai mikir: jangan-jangan rezeki manusia
juga kayak gitu. Kita ini cuma “kios titipan” dari Allah. Semua yang datang —
harta, ilmu, jabatan, bahkan napas — itu cuma barang titipan. Dan
titipan itu harus disalurkan lagi ke yang berhak.
Coba bayangin kalau titipan itu kita tahan sendiri. Yang
datang kita simpan, nggak pernah keluar. Bisa jadi di “langit sana” malaikat
pemasok ngomong ke Gusti Allah:
“Ya Allah, jangan dititipin ke si Joko lagi. Salurannya
mampet, nggak pernah nyalur ke siapa-siapa…”
Lucu juga sih kalau dibayangin, tapi ya bener juga. Kalau
salurannya mampet, ya pemasok ogah datang lagi. Rezeki pun seret.
Sebaliknya, kalau kita rajin menyalurkan, Allah akan kirim
lagi, dan lagi. Bedanya, Allah nggak minta margin 10%. Cuma 2,5% aja buat
zakatnya. Yang 97,5% — itu semua “margin dari langit” buat kita.
Masya Allah, kalau dipikir-pikir, jauuuh banget bedanya!
Dan mungkin, kalau kita mau sedikit lebih dermawan — bukan cuma sekadar
kewajiban, tapi dengan hati yang lapang — bisa jadi Allah bakal kirim “bonus
tak terduga”, margin tambahan dari arah yang bahkan nggak pernah kita sangka.
Kadang, kuncinya bukan di kerja kerasnya. Tapi di seberapa
lancar kita jadi saluran kebaikan itu sendiri. Karena rezeki yang mengalir,
hanya datang pada saluran yang tidak tersumbat.