MENIKMATI PROSES PERUBAHAN: KALAU MEMANG HARUS BERUBAH, YA BERUBAHLAH!
Pernah nggak sih kamu merasa hidup tuh kayak drama Korea — panjang, penuh plot twist, tapi ending-nya nggak tahu kapan datang? Kadang senang, kadang sedih, kadang pengen jeda dulu sambil rebahan di kasur mikirin: “Kenapa hidup gue gini amat, ya?”
Padahal sebenarnya, setiap momen yang kita lewati — yang
bikin nangis, kesel, malu, sampai ngakak — itu bagian dari proses perubahan.
Pertanyaannya: kita nikmatin nggak proses itu? Atau malah ngedumel terus,
nyalahin semesta dan mantan?
Sebagai manusia yang (katanya) terus bertumbuh mindset-nya,
langkah pertama waktu ada orang ngasih masukan tuh sederhana tapi berat: introspeksi.
Bukan langsung nyolot dengan kalimat pamungkas, “Emang lo siapa ngatur-ngatur
gue?” Tapi coba hening sebentar, tarik napas, lalu tanya ke diri sendiri: “Eh,
jangan-jangan dia bener juga, ya?”
Karena jujur aja, kita semua punya kekurangan — bahkan
malaikat pun nggak pernah klaim dirinya sempurna (mereka taat, bukan sombong).
Nah, setelah sadar, tinggal pilih: mau tetap jadi versi lama yang itu-itu aja,
atau mau naik level jadi versi baru yang lebih baik?
Perubahan itu banyak bentuknya. Kadang cukup dari hal kecil:
cara berpikir, cara ngomong ke orang, cara sabar waktu antri di kasir
minimarket yang cuma buka satu loket. Bisa juga soal hal besar: cara
bernegosiasi, cara bersosialisasi, atau bahkan hubungan kita sama Tuhan.
Tapi ya itu tadi, berubah itu nggak instan.
Nggak bisa cuma pakai niat kayak bikin mie instan. Butuh waktu, kesabaran, dan
sering kali — pertarungan batin antara ego dan kesadaran. Ego pengennya tetap
nyaman, tapi kesadaran tahu kita harus tumbuh.
Dan satu hal penting yang sering lupa: perubahan butuh
keikhlasan.
Ikhlas ninggalin hal-hal negatif, kebiasaan lama yang nggak sehat, atau bahkan
orang-orang yang nggak lagi sejalan. Berat sih, tapi di situlah nilai hidupnya.
Karena kadang untuk menemukan versi terbaik dari diri sendiri, kita harus
berani melepaskan versi lama yang dulu kita sayangi.
Jadi, nikmati aja prosesnya. Kadang sakit, kadang nyebelin,
tapi percayalah — nanti kamu bakal lihat ke belakang dan bilang,
“Oh, ternyata semua itu memang harus terjadi biar aku sampai di titik ini.”
Dan di saat itu, kamu akan tersenyum. Bukan karena hidupmu
sudah sempurna, tapi karena kamu akhirnya sadar — kamu sudah berubah, dan kamu
menikmati setiap langkahnya.
Toh, hidup ini kan bukan tentang siapa yang paling cepat
berubah, tapi siapa yang paling ikhlas menjalaninya.