PROGRES KECIL ITU TETAP KEMAJUAN
Ada masa dalam hidup ketika kita merasa kayaknya nggak ada
yang berubah. Bangun pagi, kerja, pulang, tidur. Ulang lagi besok. Seolah hidup
ini kayak lagu lawas yang stuck di satu nada—nggak maju-maju, tapi juga nggak
mundur.
Tapi coba deh perhatiin: kadang yang kita sebut “nggak ada
progres” itu sebenarnya cuma karena kita terlalu fokus sama hasil besar,
padahal langkah kecil pun adalah bagian dari perjalanan besar.
Bayangin aja, pohon mangga itu nggak langsung muncul semalem
cuma gara-gara kamu siram dua kali. Nggak bisa kamu bilang, “kok belum berbuah
juga sih?” padahal baru nanem tiga hari yang lalu. Ya sabar, Bang. Mangga juga
butuh waktu buat mikir, “gue mau tumbuh dulu deh, baru berbuah.”
Aku pernah ngalamin masa-masa di mana tiap hari rasanya
kayak jalan di tempat. Waktu itu lagi ngerintis kerjaan baru, gaji belum
seberapa, jam kerja nggak jelas, dan progress-nya pelan banget. Rasanya kayak
mancing di kolam yang ikannya kabur semua. Tapi satu hari, seorang teman
ngomong kalimat sederhana yang nyantol banget di kepala:
“Nggak apa-apa jalannya pelan, yang penting masih jalan.”
Kalimat itu kayak bensin buat semangatku yang nyaris mogok.
Dari situ aku belajar satu hal: kalau hari ini kamu bisa sedikit lebih baik
dari kemarin, sekecil apa pun itu, berarti kamu lagi maju.
Kadang progres itu nggak berbentuk pencapaian yang bisa
di-upload ke Instagram. Bisa jadi cuma keberanian buat ngomong “tidak” ke hal
yang bikin capek, atau kemampuan buat tetap tenang pas kerjaan lagi berantakan.
Bisa juga sesimpel berhasil bangun lebih pagi lima menit dari biasanya.
Aku inget banget dulu, pas masih awal-awal kerja, progress
paling nyata dalam hidupku cuma satu: bisa ngerapiin meja kerja setiap hari.
Awalnya sih karena malu dilihatin bos. Tapi lama-lama jadi kebiasaan. Dari meja
rapi, pikiran juga ikut rapi. Dari pikiran rapi, kerjaan pun lebih lancar. Eh,
dari situ malah dapet promosi. Lucu juga, ya—perubahan besar bisa dimulai dari
hal receh kayak nyapu meja.
Progres kecil juga ngajarin aku buat lebih menghargai
proses. Dulu aku sering banget pengin semua serba cepat. Pengen hasil instan,
padahal mie instan aja masih perlu direbus tiga menit. Sekarang aku paham,
justru dari perjalanan yang lambat itu kita bisa menikmati setiap tahapnya,
bisa ketawa pas salah, bisa belajar pas gagal, dan bisa bersyukur pas berhasil.
Kadang dunia modern bikin kita lupa caranya bersabar. Semua
serba cepat: makanan cepat saji, ekspedisi kilat, bahkan motivasi pun pengennya
instan. Tapi hidup nggak begitu caranya. Hidup lebih mirip kayak naik tangga
daripada naik lift. Kamu tetap naik, tapi satu anak tangga dalam satu waktu.
Dan nggak apa-apa capek, asal jangan berhenti terlalu lama.
Satu hal yang bikin lucu adalah, manusia itu sering
ngeremehin langkah kecilnya sendiri tapi kagum sama langkah orang lain. Kita
suka mikir, “ah, dia udah jauh banget, gue masih di sini-sini aja.” Padahal
kita nggak tahu berapa lama dia harus jatuh-bangun buat sampai ke situ. Mungkin
aja langkah kecilmu hari ini sama berharganya dengan langkah besarnya orang
lain kemarin.
Aku pernah ngobrol sama seorang teman yang lagi berjuang
nyembuhin diri dari penyakit berat. Tiap hari dia bilang, “Hari ini aku cuma
kuat jalan lima langkah.” Tapi seminggu kemudian, dia bilang dengan senyum,
“Sekarang udah sepuluh langkah.”
Itu momen di mana aku sadar: progres kecil bisa jadi kemenangan besar,
tergantung dari perjuangan di baliknya.
Jadi kalau hari ini kamu cuma bisa sedikit lebih baik,
bersyukurlah. Kalau kamu lagi di fase hidup yang rasanya lambat, tenang aja.
Kadang langkah kecil itu yang justru nyelamatin kita dari berhenti total.
Seperti kata pepatah bijak—entah siapa yang pertama ngomong
tapi sering banget dipakai di seminar motivasi:
“Setiap langkah kecil, kalau diulang terus, akan jadi
perjalanan panjang.”
Dan aku tambahin sedikit versi realistisnya:
“Asal jangan langkah kecilnya ke arah yang salah, ya.” 😄
Karena progres kecil itu tetap kemajuan, selama kamu
melangkah ke arah yang benar.
Dan siapa tahu, nanti pas kamu nengok ke belakang, kamu bakal bilang, “Wah,
ternyata sejauh ini juga, ya, gue udah jalan.”