DENGAN NDP HMI: MENJADI MANUSIA YANG TAK SEKADAR HIDUP, TAPI MENGHIDUPI


 UNTUK MENDAPAT SUASANA TERBAIK, SILAHKAN KLIK LINK VIDEO BERIKUT :


 

Pada suatu masa, di antara tumpukan buku kuliah, tugas kelompok, dan janji ngopi yang tak pernah jadi, aku menemukan persimpangan hidup yang aneh.
Waktu itu aku masih mahasiswa—usia di mana ego lebih tinggi dari logika, tapi semangat idealisme masih lebih panas dari wajan gorengan kantin kampus.

Aku masih mencari jati diri.
Antara ingin jadi orang sukses, tapi juga ingin hidup bermakna. Antara ingin dikenal, tapi juga ingin tenang. Sampai suatu hari, aku diperkenalkan pada organisasi yang namanya sering kudengar tapi belum benar-benar kupahami: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Awalnya kupikir HMI hanya sekadar tempat berkumpul anak-anak kampus yang sibuk berdebat dan menyusun proposal kegiatan. Tapi ternyata, di balik forum yang serius dan Latihan Kader (LK) yang padat itu, aku menemukan sesuatu yang jauh lebih dalam: sebuah pandangan hidup.

 

Ketika Aku Diperkenalkan pada NDP, Dalam suasana latihan yang penuh semangat, dengan aroma kopi sachet dan suara serak fasilitator yang penuh hikmah, aku dikenalkan dengan satu konsep:
NDP — Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI.

Awalnya aku tak terlalu paham. Tapi semakin kupelajari, semakin aku merasa… ini bukan sekadar materi kaderisasi. Ini seperti peta kehidupan yang selama ini kucari.

Dari NDP aku belajar bahwa manusia bukan sekadar makhluk yang makan, tidur, kuliah, lalu kerja. Tapi makhluk ciptaan Allah yang punya potensi akal, hati, dan kehendak bebas.
Kita bukan hanya “ada”, tapi “diadakan” — dengan tujuan besar: menjadi khalifah di muka bumi, menegakkan kebenaran, keadilan, dan kemaslahatan.

Allah berfirman,
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.”
(QS. Al-Baqarah: 30)

Dan sejak saat itu, aku belajar untuk memandang hidup dengan cara baru:
Bahwa hidup bukan tentang siapa yang paling hebat, tapi siapa yang paling bermanfaat.
Bukan siapa yang paling bersinar, tapi siapa yang paling bisa memberi terang pada sekitarnya.

 

Hidup, Bukan Sekadar Hidup, Kadang kita terlalu sibuk mengejar hal-hal besar: IPK tinggi, posisi di organisasi, atau sekadar banyak “like” di media sosial. Kita berlari tanpa sadar bahwa kita bisa kehilangan arah.
Di situlah NDP seperti guru tua yang sabar, menepuk bahuku sambil berkata pelan:

“Hei, perjuanganmu bukan soal siapa yang menang, tapi siapa yang tetap berpegang pada nilai.”

Dan benar saja.
Sering kali aku baru paham makna itu setelah “ditampar” oleh realita.
Ketika sudah kerja keras dalam kegiatan tapi tak disebut dalam laporan.
Ketika niat baik malah disalahpahami.
Ketika idealisme terasa berat, dan dunia rasanya tidak adil.

Tapi di situlah nilai itu diuji.
NDP mengajarkan:

“Kamu berjuang bukan untuk dilihat manusia, tapi untuk dilihat Allah.”

Rasulullah SAW pun mengingatkan:

“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Jadi kalau suatu hari kamu merasa lelah berbuat baik, mungkin bukan waktunya berhenti. Tapi waktunya meluruskan arah.
Karena ketika niatmu lurus, bahkan langkah kecilmu bisa jadi besar di sisi Allah.

 

Keadilan, Kemanusiaan, dan Amanah, NDP tak berhenti di teori. Ia menuntun kita menjadi manusia yang adil, berempati, dan amanah.
Keadilan bukan cuma soal membagi tugas dengan rata, tapi tentang bersikap proporsional—tidak zalim, baik pada orang lain maupun diri sendiri.
Kemanusiaan bukan sekadar ikut kegiatan sosial setahun sekali, tapi tentang mampu merasakan luka orang lain, bahkan saat dunia tak memperhatikan.

Allah berfirman:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan...”
(QS. An-Nahl: 90)

Implementasinya? Kadang sederhana, Tidak mencontek ketika ujian, tidak memotong antrean di kantin, tidak membalas sindiran dengan amarah, atau sekadar menepati janji kecil pada teman.
Karena perjuangan sejati sering kali bukan di jalanan, tapi di dalam hati—melawan ego, nafsu, dan bisikan “ah, yang lain juga begitu.”

 

Kebebasan yang Bertanggung Jawab, NDP juga bicara tentang kebebasan yang beradab.
Bahwa manusia diberi akal dan kehendak bebas oleh Allah, tapi bukan untuk seenaknya.
Kita bebas memilih, tapi setiap pilihan punya konsekuensi.
Di zaman media sosial sekarang, kita bebas berpendapat, tapi lupa bahwa setiap kata bisa jadi doa atau bisa jadi dosa.

Maka NDP mengajarkan:

“Kebebasan sejati adalah ketika kamu mampu menahan diri untuk tidak menyakiti.”

Bijak berbicara, bijak bersikap, dan bijak berpikir.
Karena sejatinya, manusia berkelas bukan yang suaranya paling keras, tapi yang hatinya paling luas.

 

Amar Ma’ruf Nahi Munkar: Inti dari Semua Nilai, Puncak dari NDP adalah amar ma’ruf nahi munkar — mengajak kebaikan dan mencegah keburukan.
Tapi tentu, ini tidak mudah. Kadang niat baik disangka sok suci, kadang malah dijauhi.
Tapi seperti pepatah Arab,

“Jika niatmu karena Allah, maka tak masalah siapa yang menentangmu.”

Kita bisa mulai dari hal kecil:

  • Menasihati teman dengan lembut.
  • Menjadi teladan lewat kejujuran dan tanggung jawab.
  • Mengunggah hal positif di media sosial, bukan menyebar kebencian.

Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika tidak mampu, maka dengan hatinya—dan itu selemah-lemahnya iman.”
(HR. Muslim)

Karena pada akhirnya, dunia tidak berubah hanya dengan bicara. Dunia berubah ketika ada satu orang yang berani mulai berbuat baik—meskipun sendirian.

 

Menjadi Insan Cita, NDP menuntun kita menjadi insan cita — manusia paripurna yang berilmu, beriman, dan beramal.
Bukan insan yang hanya pandai di kepala, tapi juga lembut di hati.
Bukan yang hanya mampu berorasi di mimbar, tapi juga siap turun ke lapangan untuk berbuat.

Menjadi insan cita berarti menyatukan zikir dan pikir, iman dan ilmu, spiritualitas dan sosialitas.
Karena hidup bukan tentang siapa yang paling pintar, tapi siapa yang paling bermanfaat.

 

Ketika Perjuangan Jadi Ibadah, Kadang aku berpikir, untuk apa semua ini? Mengapa terus berjuang meski tak selalu dilihat?
Tapi NDP mengingatkanku, bahwa perjuangan sejati bukan untuk dunia, tapi untuk ridha Allah.

“Barang siapa berbuat baik seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya).”
(QS. Az-Zalzalah: 7)

Jadi kalau suatu hari kamu bangun dengan semangat yang menurun, ingatlah…
Kamu bukan hanya hidup untuk diri sendiri.
Kamu hidup untuk menghidupi — menyalakan cahaya, menebar manfaat, menumbuhkan harapan.

Sebab hidup yang paling indah bukan ketika kita dipuji karena pencapaian, tapi ketika orang lain tersenyum karena kebaikan kita.

Dan itulah, bagiku, makna sejati dari NDP.
Menjadi manusia yang tidak sekadar hidup —
tapi menghidupi.

Postingan populer dari blog ini

SAAT WAKTU ITU TIBA… RENNY PULANG KE PANGKUAN ALLAH

BADAI ITU MEMANG DATANG TANPA PERMISI - 18 DESEMBER 2024.

BANGKIT LAGI, SEKALIPUN PELAN