BELAJAR DARI NOL? EMANG KENAPA?
Ada satu hal lucu tapi nyata dalam hidup: semua orang pengin
kelihatan jago, tapi nggak semua orang siap kelihatan bego di awal. Padahal, ya
mana bisa langsung jago kalau nggak pernah melewati fase “bego” dulu? Ibarat
mau bisa naik sepeda tapi nggak mau jatuh—ya sampai tua paling banter cuma bisa
dorong sepeda doang.
Banyak orang kalau mulai sesuatu dari nol, langsung panik
duluan. Baru buka usaha kecil, dagang kopi kekinian, udah stres karena belum
ramai. “Kayaknya bukan rezeki gue deh,” katanya, padahal baru tiga hari buka.
Lah, mie instan aja butuh tiga menit buat matang, masa hidup lo cuma dikasih
tiga hari buat sukses?
Belajar dari nol itu bukan aib. Justru itu tiket masuk ke
dunia “jadi bisa”. Semua orang yang sekarang keliatan keren, dulunya juga
kikuk. Elon Musk dulu juga pernah gagal. Chef terkenal juga pernah gosongin
masakan. Bahkan bayi aja belajar jalan tuh jatuh dulu seribu kali sebelum bisa
lari ngibrit ke dapur. Tapi karena mereka terus nyoba, jadilah mereka sekarang
bisa berdiri tegak—secara literal dan juga mental.
Masalahnya, banyak orang yang pengin hasil cepat tapi alergi
sama proses. Baru belajar jualan, terus ditolak pelanggan, langsung ngambek.
“Udah deh, bukan passion gue.” Lah, passion mah bukan kayak sandal jepit yang
bisa ganti tiap mood berubah. Passion itu dibangun dari proses panjang — dari
gagal, dari jatuh, dari diketawain, sampai akhirnya bisa balik ketawa.
Belajar dari nol tuh kayak main game dari level 1. Kadang
frustrasi, musuhnya susah banget, tapi makin sering main, makin hafal triknya.
Lama-lama bisa naik level. Nggak usah mikir “kapan gue sampe level 99”, yang
penting terus main, terus belajar. Karena pemain yang pantang nyerah, walau
pelan, pasti lebih jauh dari yang cuma pamer tapi cepat bosan.
Coba lihat orang-orang yang sekarang sukses. Mereka bukan
cuma punya skill, tapi punya mental baja. Kenapa? Karena mereka pernah ngelap
debu di sepatu sendiri waktu jatuh, pernah ngelus dada waktu gagal, dan tetap
berdiri walau dicibir. Mereka rela tanya, rela nyoba, rela diketawain. Dari
situ otot mentalnya terbentuk, kayak gym buat jiwa.
Kadang yang bikin kita nggak maju bukan karena kita bodoh,
tapi karena kita malu terlihat bodoh. Kita takut dinilai, takut dibandingin,
takut gagal. Padahal semua orang yang pernah berhasil, pasti punya masa “cupu”
mereka sendiri. Bedanya, mereka nggak berhenti di situ.
Jadi, kalau sekarang kamu lagi belajar dari nol, jangan
minder. Justru kamu lagi di fase paling penting dalam perjalanan hidupmu: fase
tumbuh. Belajar dari nol itu bukan berarti kamu nggak bisa, tapi kamu sedang
menuju bisa.
Santai aja. Nikmati prosesnya. Tertawakan kesalahanmu
sendiri, ambil pelajarannya, terus jalan. Karena yang terus belajar, bukan cuma
jadi pintar — tapi juga jadi tahan banting. Dan percaya deh, dunia ini butuh
lebih banyak orang yang tahan banting daripada yang cuma jago ngomong tapi
gampang tumbang.
Toh, semua orang hebat dulu juga pernah jadi “si cupu.”
Bedanya, mereka nggak berhenti di situ. Mereka terus melangkah.
Dan kamu pun bisa begitu — asal nggak berhenti di nol.