HIDUP TENANG TANPA NASKAH DRAMA

 



Pernah nggak sih kamu ketemu orang yang hidupnya kayak sinetron 300 episode — tiap hari ada aja konfliknya? Kadang bukan karena dunia ini kejam, tapi karena dia sendiri yang hobi bikin naskah drama buat hidupnya. Padahal ya, kalau dipikir-pikir, hidup yang tenang itu bukan karena semua masalah udah beres, tapi karena kita belajar berhenti ngeributin hal-hal yang sebenarnya nggak perlu.

Coba bayangin, pagi-pagi udah ngeluh karena hujan, padahal hujan itu cuma air, bukan makhluk jahat yang dendam sama rencana kita. Siang dikit, ngeluh macet — padahal semua orang juga kena macet, bukan cuma kita doang yang dikasih spesial treatment dari semesta. Malam, bukannya istirahat, malah buka media sosial terus bandingin hidup sendiri sama orang lain yang lagi liburan di Bali. Akhirnya? Tidur nggak nyenyak, bangun lelah, dan hidup terasa kayak sinetron "Derita Tak Berujung".

Padahal, kata kuncinya cuma satu: berhenti ngeributin yang nggak perlu.

Tenang itu bukan berarti semua lancar. Bukan berarti rekening penuh, pasangan romantis, atau tetangga nggak pernah gosip. Tenang itu saat kita tahu mana yang perlu kita tanggapi, mana yang mending dilewatin aja kayak iklan YouTube lima detik. Karena kalau setiap omongan orang kita respon, setiap masalah kecil kita dramatiskan, ya hidup kita bakal kayak panggung teater yang nggak pernah tutup tirai.

Bayangin aja — misalnya ada orang yang ngomongin kamu di belakang. Terus kamu kepikiran semalaman, bikin skenario pembalasan di kepala, nulis “caption balasan halus tapi nyentil” di status, lalu upload story sambil dengerin lagu galau. Hasilnya? Mereka mungkin udah lupa ngomong apa, tapi kamu malah jadi sutradara, pemain, sekaligus penonton dari drama yang kamu buat sendiri. Capek, kan?

Makanya, kalau tujuan kita hidup damai, ngapain bikin naskah drama yang bahkan kita sendiri nggak pengen nonton ulang?

Kehidupan ini udah cukup rumit, bro-sis. Kita nggak perlu nambahin plot twist dari hal-hal kecil yang bisa diselesaikan dengan “ya udah lah.” Kadang yang kita butuh cuma diem sebentar, tarik napas dalam, dan bilang ke diri sendiri, “nggak semua hal perlu aku tanggapi.” Itu bukan berarti kita cuek, tapi kita sedang berlatih memilih kedamaian di atas ego.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Lihat? Diam itu bukan kalah, tapi bentuk kedewasaan. Kadang, nggak semua hal pantas dapat reaksi. Dan nggak semua masalah pantas dijadikan episode kehidupan yang panjang.

Ketenangan itu lahir ketika kita bisa bedain antara hal yang bisa dikontrol dan yang nggak. Kita nggak bisa ngatur orang lain ngomong apa, tapi kita bisa ngatur telinga kita buat nggak dengerin semuanya. Kita nggak bisa mastiin hidup selalu sesuai keinginan, tapi kita bisa milih gimana cara responnya.

Hidup ini kayak kopi. Kalau kamu terus aduk karena pengen cepet dingin, ya nggak akan dingin-dingin juga. Tapi kalau kamu biarin aja, nanti juga tenang dengan sendirinya.

Jadi mulai sekarang, coba kurangi ribut sama hal-hal kecil. Gagal? Woles. Digosipin? Senyum aja. Ada yang nyinyir? Doain dia semoga bahagia biar nggak punya waktu nyinyir lagi. Karena hidup bukan tentang membuktikan siapa yang paling benar, tapi tentang menjaga hati tetap ringan.

Ingat: ketenangan bukan hadiah dari keadaan, tapi hasil dari kebijaksanaan.
Dan kalau kamu udah bisa berhenti nulis drama buat hidupmu sendiri, percayalah — hidupmu bakal lebih enak ditonton, bahkan oleh dirimu sendiri.

 

Postingan populer dari blog ini

SAAT WAKTU ITU TIBA… RENNY PULANG KE PANGKUAN ALLAH

BADAI ITU MEMANG DATANG TANPA PERMISI - 18 DESEMBER 2024.

BANGKIT LAGI, SEKALIPUN PELAN