Kalau dipikir-pikir sekarang, Marvel itu nama geng yang terlalu
keren untuk isinya yang… ya begitulah. Geng kecil kelas kami: aku, Bram, dan
satu lagi—Gerry—anak berwajah alim tapi pikirannya kadang lebih liar dari semua
anak di kelas.
Marvel itu singkatan dari apa?
Nggak ada.
Nggak pernah dibahas.
Pokoknya waktu itu kedengerannya keren, dan kami sepakat.
Anak SMP memang gitu, kan? Yang penting gaya dulu, logika belakangan.
Markas Rahasia Yang Tidak Begitu Rahasia
Markas Marvel ada di belakang sekolah, dekat gudang alat upacara.
Tempat itu terlindungi pohon besar dan beberapa semak yang cukup tinggi—cukup
untuk memberi kesan “tempat persembunyian”, walaupun sebenarnya semua guru juga
udah tau.
Kami selalu duduk melingkar di situ, makan jajanan, tuker cerita,
bikin rencana besar yang… seringnya gagal total.
“Bro, minggu depan kita bikin misi rahasia,” kata Gerry suatu
siang.
“Misi apa?” tanyaku.
“Ngintip latihan cheerleader?”
Aku langsung ngelempar sebatang ranting ke dia.
“Gila lu… itu bahaya. Bu Ratna bisa ngejar kita sambil bawa penggaris.”
Bram mengangguk dramatis.
“Bro… Bu Ratna itu kalau marah, penggarisnya kayak pedang laser.”
Akhirnya misi itu dibatalkan. Demi keselamatan nasional.
Operasi Siomay Misteri
Salah satu petualangan Marvel yang paling dikenang adalah “Operasi
Siomay Misteri.”
Waktu itu ada tukang siomay keliling yang selalu mangkal di depan
sekolah. Ada rumor yang bilang siomaynya dicampur daging entah-apa—dari tikus
sampai dinosaurus pun sempat jadi gosip.
Kami bertiga memutuskan untuk menyelidiki.
“Kita harus tau kebenarannya,” kata Bram penuh semangat.
“Lu berani makan?” tanya Gerry.
“Ya nggak lah!” jawab Bram cepat.
Aku tepuk jidat.
Akhirnya kami beli seporsi, lalu bawa ke markas.
Kami analisa dengan sangat ilmiah: dicium, ditekan-tekan, dipegangin lama,
dijelasin pake teori aneh.
“Bro… bentuknya agak aneh ya,” kata Gerry.
“Ini sih… kalau bukan ayam… ya mungkin… eh… ayam juga…”
Gerry ngangguk-ngangguk sok bijak.
Setelah 20 menit investigasi yang nggak masuk akal, akhirnya kami
sepakat mencicipi siomay itu—berbekal doa.
Anehnya… enak banget.
Bram langsung berseru, “BRO, INI ENAAA…!”
Baru menit ketiga, Bu Ratna lewat sambil bawa buku absen.
“Anak-anak! Kalian makan apa?!”
Kami bertiga refleks berdiri tegak seperti peserta upacara
teladan.
“Siomay, Bu…”
“Dari mana?!”
“Depan sekolah, Bu…”
“BAHAYA! Itu belum tentu bersih!”
Kami saling tatap.
“Bu… kami udah telat kalau gitu…”
Bu Ratna geleng-geleng tak berdaya.
“Muka-muka kalian ini ya… calon bikin saya cepat tua.”
Tapi beliau akhirnya ketawa juga.
Dan Marvel resmi jadi legenda kecil soal “Operasi Siomay Misteri.”
Gerry Dan Roman Picisan Kelas 2
Bagian paling lucu dalam sejarah Marvel biasanya melibatkan Gerry
dan… kisah cintanya yang lebih ruwet daripada sinetron jam tujuh.
Ada satu cewek kelas sebelah namanya Nita—imut, pinter, hobi
ketawa. Gerry langsung klepek-klepek.
“Bro… gue kayaknya… suka sama dia…” katanya sambil megang dada,
sok-sok dramatis.
“Jangan megang dada kayak gitu lu kira drama India,” jawabku.
Bram menepuk pundaknya.
“Gue support, bro. Tapi lu siap patah hati, kan?”
Gerry menatap Bram penuh harapan.
“Maksud lu apa?!”
“Ya siapa tau dia sukanya sama anak yang rambutnya rapi. Rambut lu
kan kayak abis disetrika terbalik.”
Akhirnya kami bikin rencana: Gerry harus nyamperin Nita saat
istirahat dan ngasih buku tulis baru sebagai “tanda simpati.”
Jangan tanya kenapa buku tulis.
Logika Marvel waktu itu emang sering error.
Saat momen penting itu, Gerry maju beberapa langkah…
Terus langsung balik lagi sambil ngomong:
“Bro… gue takut.”
Aku dan Bram saling pandang.
Ya begitulah. Gerry kalau soal cinta memang sering drop connection.
Akhirnya rencana itu gagal total.
Buku tulisnya malah dipakai Gerry untuk bikin puisi patah hati, padahal dia
bahkan belum ditembak, belum ditolak, belum apa-apa.
“Cinta itu… kadang menyakitkan,” katanya sambil melamun.
Aku cuma tepok punggungnya.
“Bro… lu bahkan belum mulai.”
Kejadian “Pedang Tumpul” Di Kelas
Nah, ini kejadian Marvel yang paling melegenda.
Waktu pelajaran IPS, Bram bawa penggaris besi panjang karena
katanya mau buat “senjata rahasia.”
Aku sama Gerry udah curiga duluan.
Di tengah pelajaran, Gerry nyeletuk keras-keras waktu ngeliat
penggaris itu jatuh:
“BRO, PEDANG TUMPUL LU JATUH!”
Seluruh kelas langsung nengok.
Bu Guru: “PEDANG APA?!”
Bram langsung panik.
“A-anu Bu… itu cuma penggaris…”
“Kenapa disebut pedang?!”
Gerry dengan polosnya menjawab,
“Soalnya Bram bilang ini buat melindungi kami, Bu.”
Bu Guru menatap kami satu-satu…
Tatapan yang bikin kami mikir ulang arti hidup.
Lalu akhirnya beliau ngakak tak bisa ditahan.
Sejak itu, Marvel dijuluki “Tiga Pendekar Pedang Tumpul.”
Sebuah kehormatan… atau aib… tergantung versi mana yang kamu dengar.
Pelajaran Terbesar Marvel
Walaupun banyak kebodohan, petualangan, dan ide-ide gila,
sebenarnya Marvel itu tempat kami belajar hal-hal penting:
- cara
saling jaga
- cara
ngelawak untuk nutupin kesedihan
- cara
ngaku salah dan ketawa bareng
- cara
bertumbuh tanpa kehilangan hati yang jujur
Kecil, sederhana, tapi penuh makna.
Persahabatan itu sering lahir dari tempat-tempat yang nggak kita
sangka—dari markas belakang sekolah yang sempit, dari operasi siomay yang
absurd, dari pedang tumpul di kelas IPS, dari kisah cinta yang gagal bahkan
sebelum dimulai.
Dan Marvel… adalah potongan masa SMP yang nggak akan pernah
hilang.